JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan di tengah kondisi ketidakpastian global dan prospek perlambatan pertumbuhan ekonomi global, industri perbankan Indonesia berkomitmen dan kompetitif per November 2023.
Perbaikan tersebut didukung oleh tingginya tingkat laba (ROA) dan ekuitas (CAR) masing-masing sebesar 2,73 persen (Oktober 2023: 2,73 persen) dan 27,89 persen (Oktober 2023: 27,44 persen).
Direktur Pengawasan Bank OJK Dian Ediana Rae mengatakan, dari sisi kinerja menengah, pada November 2023 kredit tumbuh Rp618,43 triliun atau 9,74 persen (Oktober 2023: 8,99 persen y/y) dari Rp6.965,90 triliun.
“Pertumbuhan terbesar terjadi pada kredit modal kerja sebesar 10,14 persen year-over-year,” kata Dian pada Tinjauan Sektor Jasa Keuangan & Hasil Konferensi Bulanan RDK OJK Desember 2023, Rabu (1/9/2024).
Dari kepemilikan perbankan, penggerak utama pertumbuhan kredit adalah bank-bank BUMN yang tumbuh sebesar 12,13 persen dengan porsi pinjaman sebesar 45,81 persen terhadap total pinjaman perbankan.
Kontribusi perbankan dalam pembiayaan pembangunan ekonomi berkelanjutan diwujudkan melalui pembelian obligasi non-perbankan dan pembelian SBN oleh perbankan.
Dengan demikian, aset bank yang terdiri dari obligasi korporasi dan SBN mencapai Rp269,46 triliun (November 2022: Rp231 triliun) dan Rp1.436,31 triliun (November 2022: Rp1.458,92 triliun),” ujarnya.
Sedangkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada November 2023 tercatat sebesar 3,04 persen yoy (Oktober 2023: 3,43 persen yoy) atau Rp 8.216,21 triliun dengan kontribusi pertumbuhan DPK paling besar yakni 3,50 persen yoy.
Menurut Dian, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab turunnya pertumbuhan DPK, antara lain tingginya pertumbuhan DPK pada masa pandemi yang mengakibatkan tingginya base effect terhadap pertumbuhan DPK setelahnya.