Ilmuwan Temukan Obat Pengganti Kondom dan Vasektomi, tanpa Efek Samping

oleh -7 Dilihat
oleh
ilmuwan temukan obat pengganti kondom dan vasektomi tanpa efek samping f45d67c

JAKARTA – Para ilmuwan menemukan alternatif pengganti kondom dan vasektomi untuk mengontrol kehamilan tanpa mempengaruhi libido seksual.

Masalah kehamilan yang tidak diinginkan merugikan Amerika Serikat miliaran dolar setiap tahunnya. Ironisnya, penelitian menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar pria Amerika tertarik menggunakan kontrasepsi pria, mereka hampir tidak punya pilihan.

Para ilmuwan juga telah mengembangkan obat-obatan yang menghambat produksi, pematangan atau pembuahan sperma, namun obat-obatan ini memberikan perlindungan yang tidak lengkap atau efek samping yang serius. Pendekatan baru terhadap kontrasepsi pria diperlukan, namun karena perkembangan sperma sangat kompleks, para peneliti kesulitan mengidentifikasi bagian-bagian dari proses tersebut yang dapat diubah dengan cara yang aman dan efektif.

The Jerusalem Post melaporkan pada Sabtu (24/2/2024) bahwa para ilmuwan dari Salk Institute di California menemukan metode baru non-hormonal dan reversibel untuk mengganggu produksi sperma. Studi ini baru saja dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences dan mereka benar-benar menemukan kompleks protein baru yang mengatur ekspresi gen selama produksi sperma.

Para peneliti telah menunjukkan bahwa mengobati tikus jantan dengan kelas obat yang disebut penghambat HDAC (histone deacetylase) mengganggu fungsi kompleks protein ini dan menghambat kesuburan tanpa mempengaruhi libido.

“Sebagian besar kontrasepsi pria eksperimental menggunakan pendekatan keras untuk menghentikan produksi sperma, namun pendekatan kami jauh lebih halus,” kata Prof. Ronald Evans, direktur Laboratorium Ekspresi Gen dan kepala biologi molekuler dan perkembangan di Salk.

Tubuh pria menghasilkan beberapa juta sperma baru setiap hari. Untuk melakukan hal ini, sel induk sperma di testis akan semakin berkembang hingga muncul sinyal yang memberi tahu mereka bahwa sudah waktunya untuk berubah menjadi sperma. Sebuah proses yang disebut spermatogenesis menguji sinyal dalam bentuk asam retinoat, produk vitamin A. Impuls asam retinoat berikatan dengan reseptor asam retinoat di dalam sel, dan ketika sistem ini berada pada posisi yang tepat, sistem ini memicu program genetik kompleks yang mengubah sel induk menjadi sperma.

Ilmuwan Salk menemukan bahwa untuk melakukan hal ini, reseptor asam retinoat harus berikatan dengan protein yang disebut SMRT (Silencing Mediator of Retinoid and Thyroid Hormone receptor) yang kemudian berikatan dengan HDAC; Kompleks protein ini kemudian menyempurnakan ekspresi gen penghasil sperma.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.