Kebiasaan ‘Nyirih’ Pada Ibu Hamil Membahayakan Janin, Kepala BKKBN: Ada Zat Besi dan Kapur Masuk

oleh -4 Dilihat
oleh
kebiasaan nyirih pada ibu hamil membahayakan janin kepala bkkbn ada zat besi dan kapur masuk a17a45d

bacadisini.web.id.COM, KARAWANG – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji menyoroti beberapa kebiasaan budaya yang dapat meningkatkan risiko kebutaan pada anak, salah satunya adalah praktik “Niriya” (mengunyah lidah) yang masih dipraktikkan. keluar. Dikeluarkan oleh ibu hamil di beberapa daerah di Indonesia.

“Di beberapa daerah masih ada ibu hamil yang membuat nyria. Kandungan jeruk nipis pada beel dan kandungan zat besi pada ‘nyria’ bisa mempengaruhi kondisi janin. Ini budaya yang perlu kita pelajari,” kata Vihaji. Dalam kunjungan seumur hidupnya ke Desa Mulyasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Rabu (4/12/2024).

Ia menambahkan, adat istiadat tersebut menunjukkan pentingnya pendidikan yang ditujukan kepada masyarakat, khususnya ibu hamil, untuk memastikan bahwa mereka memahami dampak negatif praktik budaya tertentu terhadap kesehatan ibu dan anak.

Menurutnya, selain kekurangan gizi dan akses air bersih, faktor budaya juga menjadi penyebab ketegangan yang harus diselesaikan sepenuhnya.

Oleh karena itu, BKKBN mendorong pemerintah daerah dan instansi terkait untuk memperluas program pendidikan secara lebih intensif.

“Pendidikan merupakan salah satu langkah utama dalam mencegah stunting. Kita tidak hanya berbicara tentang gizi, tapi juga kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan anak,” jelasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa pencegahan menunjukkan kepentingan sektor tersebut.

Selain BKKBN, kementerian lain, pemerintah daerah, dan masyarakat harus bersinergi mengubah kebiasaan-kebiasaan yang dapat membahayakan kesehatan.

Wihaji juga menekankan pentingnya tindakan pencegahan berdasarkan informasi.

Dengan pendekatan name-by-address, BKKBN akan memastikan seluruh keluarga yang berisiko mengalami kebutaan mendapat perhatian yang tepat, termasuk edukasi langsung kepada ibu hamil.

“Kita punya informasi mengenai risiko keluarga stunting (KRS). Hari ini kita harus turun langsung ke lapangan dan menyelesaikan masalah dengan fokus. Bukan sekedar diskusi atau seminar,” ujarnya.

Ia berharap langkah tertentu ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan ibu dan anak, sekaligus menurunkan angka penyakit menular di Indonesia.

“Diare bukan hanya sekedar kekurangan gizi, tapi juga perilaku. Oleh karena itu, kita harus bersabar, memperhatikan, dan memastikan semuanya jelas, alamatnya jelas, dan masalahnya bisa teratasi,” tutupnya.

Melalui metode edukasi yang menyentuh akar permasalahan, BKKBN optimis angka stunting di Indonesia dapat diturunkan, sekaligus mendorong terciptanya generasi muda yang sehat dan berkualitas.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.