bacadisini.web.id.com, Jakarta – Saham-saham emiten berkapitalisasi besar atau large-cap stock masih patut diwaspadai di paruh kedua tahun 2024. Hal ini sejalan dengan potensi pertumbuhan sektor perbankan yang mendominasi saham-saham terbesar di Indonesia berdasarkan kapitalisasi pasar (BEI).
Pada perdagangan Selasa 23 Juli 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,11% menjadi 7.313,857 poin. Sementara itu, indeks LQ5 yang menjadi saham paling likuid di bursa masih stagnan di level 923. Indeks LQ45 turun 4,87% year-to-date atau year-to-date (YTD), menurut data saham.
“Secara prospek, emiten-emiten berkapitalisasi besar masih berpotensi untuk terus tumbuh, seperti halnya perbankan.” Hal ini karena ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve yang berpotensi mendatangkan inflow ke pasar kita,” kata Analis Sekuritas Abdul Aziz. Setyo Vibovo berbicara kepada bacadisini.web.id.com, Rabu (24 Juli 2024).
Azis merekomendasikan saham Fengyuan dengan target harga 11.000 poin. Lalu ada BBRI target harga 5700, TLKM target harga 3500 dan ASII target harga 5400. ICBP target harga 11600, AMRT target harga 3300 dan PGAS target harga 1800 .dan EXCL dengan TP 2700, SMGR dengan TP 4750 dan SIDO dengan TP 800.
Analis ekuitas PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadani menilai kebijakan suku bunga masih menjadi perhatian utama pelaku pasar saat ini. Dalam jangka pendek, Dimas mengimbau investor untuk fokus pada beberapa sentimen, yakni PDB AS Q2 2024, laporan pendapatan emiten Q2 2024. dan PCE inti AS pada bulan Juni. Pada hari Kamis, Amerika Serikat akan merilis data pertumbuhan PDB untuk kuartal kedua.
Pasar secara umum percaya bahwa PDB AS akan mengalami pertumbuhan sebesar 2% pada kuartal kedua, atau lebih tinggi dari rekor kuartal pertama yang hanya sebesar 1,4%.
“Jika melihat laju pertumbuhan PDB selama 3 kuartal terakhir, laju pertumbuhan PDB AS menunjukkan laju pertumbuhan paling lambat sejak kontraksi pada paruh pertama tahun 2022. Hal ini juga dapat menyebabkan Federal Reserve mengambil keputusan suku bunga dengan melihat data PDB. Itu menggambarkan kondisi perekonomian Amerika saat ini,” kata Dimas.
2. Laporan Kinerja Emiten IHSG Q2 2024. Melihat data historis waktu pelaporan keuangan triwulanan, beberapa emiten besar di IHSG kemungkinan akan melaporkan hasil kuartal II-2024. minggu ini.
Seperti BBCA dan BBNI, keduanya akan menyampaikan laporan keuangan kuartal II 2023. pada tanggal 25 Juni 2023 Jika tidak ada perubahan, kedua emiten bank besar tersebut kemungkinan akan melaporkan kinerjanya pada kuartal II-2024. di hari yang sama, 25 Juli 2024.
“Kedua bank emiten besar tersebut diperkirakan akan melaporkan hasil yang kuat pada kuartal kedua berdasarkan laporan pendapatan lima bulan pertama tahun 2024.” Hal ini akan memberikan sentimen positif bagi kedua saham tersebut dan menjadi katalis bagi IHSG secara keseluruhan,” kata Dimas.
Ketiga, PCE inti AS pada bulan Juni. Jumat ini, Amerika Serikat akan merilis data ekonomi yang dijadikan acuan pembahasan suku bunga Federal Reserve, yakni PCE inti bulanan AS bulan Juni 2024. Indeks harga pengeluaran pribadi inti diperkirakan naik 0,2% di bulan Juni, atau 0,1% lebih tinggi dari hasil bulan lalu.
“PCE Inti mengukur persentase perubahan harga barang dan jasa selain pangan dan energi, sehingga mencerminkan kondisi perekonomian dan inflasi di Amerika Serikat secara lebih akurat. Oleh karena itu, indikator ini menjadi salah satu tolak ukur Federal Reserve dalam menetapkan suku bunga,” jelasnya.
Penafian: Segala keputusan investasi ada di tangan pembaca. Lakukan riset dan analisis sebelum Anda membeli atau menjual saham. bacadisini.web.id.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Hal ini terjadi setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berubah menjadi zona merah pada perdagangan saham pada Selasa (23 Juli 2024). Namun IHSG sedikit melemah karena menguatnya saham-saham teknologi.
Mengutip data RTI, IHSG turun 0,11% menjadi 7.313,85. Indeks LQ45 berada di zona hijau sebesar 923,26. Sebagian besar indeks saham acuan berada di bawah tekanan.
Pada perdagangan Selasa pekan ini, IHSG sempat mencatatkan tertinggi 7347,01 dan terendah 7293,30. Sebanyak 308 saham melemah membebani IHSG. Sebanyak 220 saham flat dan 267 saham menguat. Jumlah transaksi sebanyak 1.060.097 kali dan volume transaksi sebanyak 29,3 miliar lembar saham. Volume transaksi harian mencapai Rp 8,5 triliun. Nilai tukar dolar terhadap rupiah berkisar 16.196. Investor asing melepas saham senilai Rp 86,95 miliar. Pada tahun 2024 investor asing akan menjual saham senilai Rp 2,85 triliun.
Sebagian besar sektor saham melemah karena perdagangan yang lemah. Saham-saham energi turun 1% memimpin kemunduran. Selain itu, sektor industri turun 0,81%, sektor non-siklus turun 0,57%, sektor siklus turun 0,41%, sektor keuangan turun 0,17% dan saham real estate turun 0,01%.
Selain itu, saham-saham teknologi naik 4,55%, menjadi peraih keuntungan terbesar. Saham-saham utama naik 0,43%, saham kesehatan naik 0,66%, saham infrastruktur naik 0,34% dan saham transportasi naik 0,41%.