London – Februari 2024 akan menjadi tanggal 29 karena tahun 2024 merupakan tahun kabisat. Bumi membutuhkan waktu sekitar 365 seperempat hari untuk menyelesaikan satu revolusi mengelilingi matahari.
Seperti dilansir IFL Science, Minggu (25/2/2024), kalender 365 hari kita tidak sinkron dengan pergerakan bumi. Oleh karena itu, kita memerlukan tahun kabisat untuk menyinkronkan musim kalender kita dengan pergerakan bumi.
Setiap empat tahun, kami menambahkan satu hari ekstra ke bulan Februari, menjadikannya 29 hari, bukan 28 hari. Hal ini membantu kita mencapai seperempat hari hilang setiap tahunnya.
Konsep tahun kabisat sudah ada sejak zaman Romawi kuno. Kalender Romawi kuno memiliki 355 hari, dan mereka menambahkan satu bulan tambahan setiap dua tahun.
Pada tahun 45 SM, Julius Caesar memperkenalkan kalender Julian, yang memiliki 365 hari dan menambahkan satu hari ekstra ke bulan Februari setiap empat tahun.
Namun kalender Julian masih sedikit kurang akurat. Pada tahun 1582, Paus Gregorius XIII memperkenalkan kalender Gregorian, yang masih kita gunakan sampai sekarang. Kalender Gregorian memiliki aturan yang lebih rumit untuk tahun kabisat:
Tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi 4, kecuali abad (tahun yang habis dibagi 100) yang tidak habis dibagi 400.
Jika kita tidak memiliki tahun kabisat, kalender kita tidak akan sinkron dengan musim. Dalam beberapa abad, musim dingin akan diikuti musim semi, dan musim dingin akan diikuti musim panas. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada pertanian, lingkungan dan kehidupan manusia.
Tahun kabisat adalah bagian penting dari kalender kita. Ini membantu menyinkronkan kalender kita dengan musim dan pergerakan bumi. Tanpa tahun kabisat, musim dan kalender kita tidak akan berguna.
