Laporan dari Jurnalis bacadisini.web.id.com Hasiolan EP
bacadisini.web.id.COM, JAKARTA – Kalya Mahiya bersama Tim Misi Kebudayaan SMP dan SMA Al Izhar, Pondok Labu, Jakarta, baru-baru ini berhasil meraih gelar juara umum Festival Internasional 2024 di Batumi, Georgia.
Prestasi tersebut diraih melalui proses pelatihan selama 6 bulan, 50 kali pertemuan dan 150 jam latihan untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia di kancah internasional.
Festival ini diikuti oleh 30 kelompok peserta dari 17 negara di Eropa dan Asia dan dikunjungi sekitar 6000 penonton.
Penampilannya menarik perhatian warga Batumi dan mendapat dukungan antusias dari masyarakat.
Dalam misi kebudayaan ini, SMP – SMA Al Izhar bekerjasama dengan sanggar Gema Citra Nusantara dan Yayasan Kiny Cultura Indonesia, sebuah yayasan yang menjamin perkembangan kebudayaan dan pendidikan di Indonesia.
Sebelum berangkat ke Georgia, para penari dan pemusik tersebut menjalani pelatihan intensif mempelajari tarian tradisional Indonesia seperti Tari Muda Mudi Papua, Ratoh Jaroe, Layang-layang Cerite Betawi, dan Tari Piring.
Kalya Mahiya Pravina, kelas
“Karena membangun kesatuan dalam menari tidaklah mudah, maka harus terus-menerus berlatih. Berlatihlah tanpa henti untuk menciptakan kesatuan hati dan keterpaduan gerak, bersama-sama dan seirama,” kata Kalya.
Kalya yang juga merupakan duta Kina Cultura Indonesia menjelaskan, ia sudah enam kali mengikuti kompetisi serupa.
Namun ia baru dua kali mengikuti live (offline) yaitu Llangollen International Musical Eisteddfod, Wales, Inggris pada tahun 2019 dan Batumi International Contest Festival di Georgia pada tahun 2024.
Saat tampil Kalya mengaku cukup gugup karena tarian yang dibawakannya merupakan tari campuran dan tari Cerite Layang-layang merupakan tarian terakhir dalam rangkaian campuran setelah Tari Piring dan Tari Muda Mudi sehingga ia memberikan penampilan terbaiknya. . di final mix sudah ada antisipasi dari juri dan tim kami sendiri.
“Semua proses panjang terbayar ketika Juara Utama diumumkan,” ujarnya.
Melalui keberhasilannya tersebut, ia mengajak generasi muda Indonesia untuk mencintai budaya dan terhubung dengan akar budayanya masing-masing. “Saya selalu berharap generasi muda selalu mengenali potensi diri, menekuni bakatnya dan tidak takut bermimpi,” ujarnya.
Rania Lubis, kelas
Rania sangat bersyukur atas keberhasilan ini. “Kemenangan ini untuk Indonesia dan Sekolah Al Izhar, semoga dapat menginspirasi teman-teman lainnya untuk mempelajari indahnya tradisi budaya yang ada di Indonesia,” ujarnya.
Nadya Devina dan Nanda selaku pelatih tari Gema Citra Nusantara yang memberikan pelatihan intensif bagi penari dan pemusik di SMA Al Izhar selama kurang lebih enam bulan.
“Bagi saya, arti kemenangan adalah sebuah kebanggaan. Karena dia tidak bisa melatih anak-anak jaman dulu sampai mereka bisa menari dengan baik dan bersenang-senang. “Juga bagaimana menyatukan perasaan, karena selain gerakannya yang harus sama, tapi juga untuk melatih solidaritas, ini tantangan besar bagi para pelatih,” kata Nadya.
Bagi Nanda, kemenangan murid-muridnya memberinya rasa haru dan bangga. “Mudah-mudahan dengan predikat juara umum di sini, mereka bisa terus berkarya melalui seni tari,” kata Nanda. “Bagi para pelatih, merupakan kepuasan tersendiri jika bisa menari dengan baik dan benar. “Ketika menang, itu adalah bonus yang berkali-kali lipat lebih besar,” lanjutnya.
Nanda berharap para siswa SMP – SMA Al Izhar terus menari bahkan mengajak orang-orang disekitarnya untuk menari. “Melalui tari, kita ikut melestarikan budaya Indonesia,” ujarnya.
Devi Rosari, Jurusan Pendidikan Perguruan Tinggi Al Izhar yang turut mendampingi murid-muridnya mengikuti kompetisi di Georgia. Devi menyatakan bahwa kemenangan murid-muridnya memberinya kebahagiaan.
“Saya sangat bersemangat karena saya tahu anak-anak ini melalui proses yang tidak mudah dan tidak singkat, mereka berlatih sebanyak 50 kali atau lebih. Apalagi mereka berbeda usia karena berasal dari SMA dan Perguruan Tinggi. bersama?”
“Harus menyelaraskan visi dan tujuan masing-masing agar bisa tampil utuh. Jadi kemenangan ini karena mereka bisa menang sendiri. Bisa mengesampingkan ego masing-masing dan bisa mencapai tujuan bersama,” kata Devi. .
Salah satu nilai yang ditanamkan di Perguruan Tinggi Al Izar adalah kecintaan terhadap tanah air, dalam hal ini kecintaan terhadap budaya Indonesia.
“Jadi bagaimana kita mengkreasikan hal itu pada anak-anak tidak hanya melalui kelas tapi juga melalui kegiatan ekstrakurikuler, dalam hal ini tari tradisional dan gamelan,” kata Devi.
Dengan menjadi juara umum, Devi berharap dapat mendorong anak-anak menjadi teladan yang baik bagi temannya dengan mengedepankan nilai-nilai kemandirian, kerjasama, disiplin dan peduli terhadap sesama.
Selain para guru, Arnie Arifin, Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Islam Al Izhar Pondok Labu, sangat mengapresiasi kemenangan para siswi SMP – SMA Al Izhar. Misi kebudayaan ini menunjukkan bahwa Perguruan Tinggi Al Izhar sangat mengedepankan pentingnya akar budaya.
“Salah satu misi Al Izhar adalah menjadikan pelajar sebagai warga global. Melalui perjalanan misi budaya ini, merupakan upaya untuk membuka ruang perjumpaan. Pelajar dihadapkan pada lingkungan budaya yang berbeda dan melakukan perjalanan bersama akan meningkatkan dan mengembangkan komunikasi dan komunikasi mereka keterampilan kolaborasi,” kata Arnie.
“Seluruh nilai-nilai di atas tentunya dapat diungkap dalam sebuah jalur yang menyerukan persatuan. Selain itu, setiap mahasiswa diharapkan dapat menjadi teladan yang dapat diteladani oleh rekan-rekannya dari berbagai negara,” lanjut Arnie.
Kiki Puspita Sari, Direktur Kebudayaan dan Pendidikan Kina Cultura Indonesia, mengatakan kemenangan Indonesia di kancah internasional dapat membawa kejayaan bagi mata uang Indonesia dan membuat anak-anak Indonesia semakin mencintai dan melestarikan budaya kita.
Kiki juga berharap pemerintah dapat memberikan penghargaan dan pengakuan setinggi-tingginya kepada anak-anak yang mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.