bacadisini.web.id.CO.ID, JAKARTA – Raja obat-obatan asal Inggris, AstraZeneca, mengakui dalam dokumen pengadilan bahwa vaksin Covid-19 buatannya dapat menyebabkan komplikasi langka yang disebut trombositopenia (TTS).
Dalam kasus yang jarang terjadi, kondisi ini dapat disebabkan oleh vaksin CoviShield, menurut dokumen pengadilan. Covishield dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford dan diproduksi oleh Serum Institute of India. Covishield telah menyebar luas di kalangan masyarakat India selama pandemi Covid-19.
Pakar medis Dr Rajeev ANI mengutip Jayadevan yang mengatakan bahwa TTS mengacu pada jaringan parut pada pembuluh darah dan jarang terjadi setelah pemberian jenis vaksin tertentu, The Economic melaporkan pada Sabtu (04/05/2024). .
“TTS adalah penggumpalan darah dengan trombositopenia, dimana penggumpalan darah tersebut terutama terjadi di pembuluh darah otak atau daerah lain yang jumlah trombositnya rendah. Hal ini diketahui jarang terjadi setelah vaksinasi tertentu dan karena alasan lain. Vaksin yang teruji jarang dikaitkan dengan kondisi ini,” kata Dr. Jayadevan kepada ANI, seraya menggambarkan kondisi ini sebagai penyakit yang mengancam jiwa.
Orang dengan TTS memiliki gejala. Sakit kepala yang parah atau terus-menerus, penglihatan kabur, sesak napas, nyeri dada, atau kaki bengkak, meskipun hanya berupa memar atau ruam kecil di bawah kulit di luar tempat suntikan.
Kasus AstraZeneca Terkait Vaksin Covid-19
AstraZeneca menggugat vaksin Covid-19 buatannya. Perusahaan obat tersebut mengakui bahwa vaksinlah yang menyebabkan kejadian TTS. Menurut The Telegraph, total 51 kasus telah dibawa ke Pengadilan Tinggi oleh korban dan keluarga mereka, dengan penggugat meminta kompensasi sebesar £100 juta atau £2,110,974,759.
Vaksin yang dijual dengan merek Covishiled dan Vaxzevria sebelumnya telah dikaitkan dengan risiko penggumpalan darah. Pada bulan April 2021, komite keamanan Badan Obat Eropa (EMA) melaporkan bahwa pemberian vaksin dikaitkan dengan penyakit serebrovaskular, lambung, dan arteriosklerosis serta hemangioma.
Pada saat itu, EMA dan Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan Inggris (MHRA) mendorong masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi, dengan alasan bahwa manfaat vaksin lebih besar daripada potensi risikonya.
AstraZeneca mengumumkan pada konferensi pers pada November 2021 bahwa dosis vaksin yang ke dua miliar telah dikirimkan ke negara-negara di seluruh dunia kurang dari 12 bulan setelah pertama kali disetujui. Raksasa farmasi ini melaporkan pendapatan vaksin Covid-19 pertamanya pada tahun 2022 dan mengirimkan sekitar 102 juta dosis vaksin melalui COVAX pada Q4 tahun 2022.
Kasus pertama terjadi pada tahun 2023, ketika seorang pasien mengalami kerusakan otak permanen akibat pembekuan darah dan pendarahan akibat vaksin, menurut The Telegraph, dilansir Pharmaceutical Technology.
Kematian seorang pasien…