JAKARTA: Tiongkok sedang membangun pembangkit listrik besar-besaran di gurun Gobi dan gurun lain di barat laut untuk mendapatkan listrik murah. Lebih dari separuh pembangkit listrik ini menggunakan energi angin dan matahari.
Para ilmuwan dan insinyur yang memimpin revolusi energi memperkirakan potensi pembangkit listrik di barat laut Tiongkok adalah sekitar 500 gigawatt. Jika ditambah dengan luasnya Gurun Gobi yang signifikan, angka ini meningkat menjadi 600GW. Sebagai perbandingan, seluruh pembangkit listrik di Amerika Serikat akan menghasilkan sekitar 1.100 gigawatt pada akhir tahun 2022.
Menurut South China Morning Post pada Rabu (21/2/2024), Tiongkok barat laut memiliki lima provinsi dengan luas lebih dari 3 juta kilometer persegi. Jaraknya yang jauh dari laut dan daratan yang tidak ramah, ditandai dengan gurun yang keras seperti Gurun Gobi dan Taklimakan, membuat populasi lokal tetap rendah. Namun, wilayah ini kaya akan sumber daya alam, termasuk minyak, batu bara, dan sumber energi ramah lingkungan lainnya. Kawasan ini merupakan sumber dari 60 persen energi surya Tiongkok dan sepertiga energi angin Tiongkok.
Sejak tahun 1980-an, Qian Xuesen, ilmuwan yang mendirikan Jet Propulsion Laboratory NASA dan kemudian mengembangkan program luar angkasa Tiongkok, membayangkan pemanfaatan sumber daya energi angin dan matahari yang luas di kawasan itu untuk memenuhi kebutuhan energi negara tersebut Namun mengingat keterbatasan teknologi pada saat itu, hal tersebut seolah hanya sekedar mimpi belaka.
Namun kini pembangkit listrik di barat laut telah menghidupkan fase pertama sistem kelistrikan baru ini. Profesor China State Grid Corporation dan Universitas Xi’an Jiaotong, Ma Xiaowei, dan timnya mengatakan kapasitas terpasang energi terbarukan di wilayah tersebut telah mencapai 230 gigawatt, dengan separuh arusnya disalurkan melalui jalur transmisi tegangan langsung ke wilayah timur yang padat penduduk Provinsi Pesisir
“Saluran listrik ini membentang ribuan kilometer di hampir seluruh wilayah Tiongkok, menciptakan jaringan listrik terbesar dan terkuat di kawasan ini.”
Selama beberapa dekade, UE telah menggunakan kekuatan ekonomi, populasi besar, dan kelompok advokasi lingkungan hidup untuk memimpin transisi menuju energi ramah lingkungan dan melawan perubahan iklim. Raksasa global seperti Siemens di Jerman dan Schneider Electric di Perancis telah mendorong kemajuan teknologi dan keahlian di bidang ini.
Namun setelah melakukan perbandingan yang cermat, tim Ma menemukan bahwa pembangkit listrik di barat laut Tiongkok telah mencapai tingkat terdepan di dunia dalam indikator utama konsumsi energi terbarukan.