JAKARTA – OpenAI mengungkap kampanye propaganda terselubung berbasis AI dari Israel, Rusia, Tiongkok, dan Iran. Perusahaan yang didirikan oleh Sam Altman ini juga mengambil langkah untuk mencegah penipuan siber dengan menggunakan model kecerdasan buatan.
Operasi propaganda selama tiga bulan terakhir ini melibatkan penyerang yang menulis komentar pendek dan artikel panjang dalam berbagai bahasa serta membuat nama dan biografi palsu di akun media sosial.
Kampanye tersebut berfokus pada berbagai topik, termasuk invasi Rusia ke Ukraina, konflik di Gaza, pemilu India, dan politik di Eropa dan Amerika Serikat. OpenAI mengatakan penipuan tersebut berupaya memanipulasi opini publik atau mempengaruhi hasil politik.
Dilaporkan Wion News, Sabtu (6 Januari 2024), Penemuan OpenAI telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi penyalahgunaan teknologi kecerdasan buatan generatif yang dapat dengan cepat dan mudah membuat teks, gambar, dan audio mirip manusia.
Menanggapi ancaman tersebut, OpenAI yang didukung Microsoft mengumumkan pembentukan komite keselamatan dan keamanan yang dipimpin oleh anggota dewan, termasuk CEO Sam Altman, untuk mengawasi pelatihan model AI generasi berikutnya.
Meskipun terjadi penipuan, OpenAI melaporkan bahwa perusahaan tidak dapat meningkatkan keterlibatan atau jangkauan audiens melalui layanan tersebut. Karya tersebut mencakup campuran teks yang dihasilkan AI, teks tulisan tangan, dan meme yang disalin dari Internet.
Dalam laporan keamanan terbarunya yang diterbitkan pada Rabu, 29 Mei 2024, Meta Platforms juga mengidentifikasi konten buatan AI yang dapat digunakan untuk menipu Facebook dan Instagram. Konten ini mencakup komentar yang memuji resolusi Israel terhadap konflik Gaza, yang diposting di bawah catatan organisasi media global dan anggota parlemen AS.